Menuju Puncak Gunung Penuh Perjuangan dan Persiapan

Mungkin sudah hukum alam, bahwa semakin berumur, circle pertemanan kian menyempit.
Awal mula 2015 ketika diperkenalkan kepada gunung, kemudian tahun-tahun selanjutnya, aku bisa menyombongkan diri bahwa kawanku banyak dan ada dimana-mana. Naik gunung tiap bulan? Sudah jadi rutinitas bahkan kewajiban. Waktu ada, uang tersedia, kawan pun banyak. Masa muda yang gemilang.

Tahun ini? Coba sebut gunung yang sudah didaki tahun ini. Jawabannya, cuma Bismo. Udah. Nggak kurang apalagi lebih. Dan foto ini diambil minggu lalu, saat kami menyempatkan waktu untuk berkumpul, sekedar camping ceria (walaupun nggak ceria amat karena hujan) di kaki Gunung Slamet. Susah payah kami hidupkan api unggun karena kayu yang lembab. Kemudian setelah berhasil menyala, beberapa detik setelahnya hujan deras turun. Byyuurrrr mematikan api dan semangat kami. Hahahaha.

Tak apa, yang terpenting kumpul Terimakasih sudah meluangkan waktu, sahabatku. Sampai jumpa di gunung impian yang mungkin tidak akan pernah terealisasi karena urusan libur dan akomodasi yang tak kunjung sampai titik temu.

Bisa nyengir selebar ini, padahal malam sebelumnya lemas tak bertenaga, jalan sempoyongan bahkan hampir pingsan setelah dihajar puncak Arjuno-kembar 2- Welirang yang mengharuskan jalan 17 jam! Gunung memang ajaib, membuat kami rela mengeluarkan tenaga, waktu dan biaya, untuk kembali lagi dan lagi. Begitulah jika cinta sudah berbicara.

Di ujung hari kala itu, kami tergopoh-gopoh mengejar mentari yang sedang berjalan menuju peraduan, berharap bisa menikmati senja di Puncak Welirang. Bertaruh dengan waktu, kami tukarkan dengan tenaga yang tinggal sisa. Dalam ketergesaan, kami bertemu dengan lukisan langit yang rupawan ini. Nikmati prosesnya, jangan hanya terpaku dengan tujuan.

Antusiasme terhadap puncak selalu menggebu. Walaupun kini hanya menjadi masa lalu,
Namun terpatri selamanya dalam kalbu. Buatku puncak bukan bonus, namun salah satu dari tujuan mendaki. Masalah tujuan itu bisa tercapai atau tidak, tergantung dari situasi dan kondisi pendaki itu sendiri. Tidak semua keinginan bisa tercapai, tidak semua puncak bisa tergapai. Jangan memaksakan ego, kecuali nanggung tinggal beberapa langkah lagi.