Dua orang pelajar indonesia diduga di lecehkan secara verbal dan diserang secara fisik di ibukota Australia, Canberra kemarin malam. dengan sumber pernasalahan mengatakan bahawa ada kemungkinan merupakan sebuah kejahatan karena kebencian.
Korban merupakan wanita yang merupakan pelajar dari Australian National University (ANU) dan University of Canberra. Mereka dilaporkan berjalan menuju perhentian bus didekat pusat perbelanjaan di dalam kota ketika dua wanita lainnya menghampiri mereka dan mulai meneriaki mereka.
Wellhelmus Poek, presiden dari PPIA ACT, Ketua dari perkumpulan pelajar Indonesia di Australia, mengatakan bahawa salah satu korban memberikan saksi terhadap insiden ini, dimulai dari diduganya pelecehan verbal tetapi secepatmnya menjadi kekerasan fisik.
“Mereka mengatakan, diantara hal lainnya,”Mengapa kalian berpakaian hitam?’,’Mengapa kamu masih hidup?,’itu tidak adil bagi kita’.’dimana hpmu’,” Wellhellmus mengatakan. membagikan konten dari pesan Whatsapp dari salah satu korban. seperti yang dikutip oleh ABC Indonesia.
“Saya dan teman saya diam, lalu tiba – tiba sang penyerang memukul teman saya di telinga dengan sangat keras dan dia jatuh. Karena serangan tersebut. celananya sobek dan lututnya berdarah”
Ini masih belum diketahui jika ada saksi untuk kejadian yang di duga kekerasan ini.
PPIAC ACT telah menberikan peringatan kepada pelajar indonesia agar tetap waspada terhadap kemungkinan penyerangan dalam insiden ini. Menurut Wellhellmus, motif dari serangan ini masih belum diketahui, tetapi ada kemungkinan besar bisa diklasifikasikan sebagai motif kejahatan ras dari cara penyerang mengatakan bagaimana cara para korban berpakaian.
Kedutaaan Indonesia di Canberra mengatakan mereka telah mengetahui tentang kejadian tersebut dan telah bertemu dengan kedua korban. Mereka juga mengatakan akan menemani dua pelajar tersebut yang telah melaporkan kejadian kekerasan ini kepada polisi untuk menempuh jalur hukum.
Berdasarkan data pemerintahan Australia, Angka pelajar Indonesia yang menempuh penddikan tinggi Australia adalah sekitar 20.000 di tahun 2017 dan ini diharapkan masih terus berkembang. Transaksi bebas diantara dua negara diharapkan dapat meningkatkan kerjasama pendidikan tinggi diantara kedua negara, tetapi persetujuan ini seperti dilupakan sejak Australia menyatakan keinginan memindahkan kedutaaanya di Israel ke Yerusalem tahun lalu.