Sebuah cerita untuk menghadapi fluktuasi suatu saham

Dulu ketika saya baru mengawali karir di pasar modal sebagai broker saham, saya pernah memiliki nasabah investor saham yang sering mampir ke galeri kantor saya. Orangnya unik, bapak-bapak dengan gaya rambut Elvis Presley ala-ala tahun 60an, lengkap dengan model celana panjangnya yang khas.

Beliau investor yang bermodalkan cukup besar dan berpendidikan tinggi, namun ketika itu dia sedang mengalami masalah pada hasil investasinya di saham. Asetnya yang bermiliar-miliar di saham ludes hampir habis, akibat beliau membeli saham grup konglomerasi yang saat itu sangat tenar karena naik terus awalnya..

Ketika saya memegang akunnya, dia sudah berada dalam posisi kerugian yang parah.. Kerugiannya yang bermiliar-miliar membuat dia stress dan terobsesi untuk mengembalikan kerugiannya di saham. Kegagalannya membuatnya berpikir ini terjadi akibat dia kurang cekatan dalam membaca harga, kurang lihai membaca bandar, kurang cepat melakukan eksekusi order..

Beliau berpikir dengan memperhatikan pergerakan harga saham setiap waktu membuat orang menjadi lebih tahu saham mana yang mau naik nantinya..Ditambah mencari-cari informasi dari kanan kiri.. Akibatnya saya yang waktu itu menjadi stock brokernya kerap diomeli karena tidak menginfokan pergerakan saham setiap waktunya, tidak cepat ordernya, tidak lihai membaca pasar..

Menurutnya, saya seharusnya tahu pasar harus bergerak ke mana.. Pernah suatu hari IHSG naik tinggi, namun saham-sahamnya malah turun, membuat dia marah besar merasa saham-sahamnya sudah dibaca oleh bandar sehingga dia dirugikan. Setelah beberapa waktu, akunnya dikelola oleh teman saya. Terakhir saya dengar dia sudah tidak lagi aktif berinvestasi di saham..

Mungkin beliau adalah salah satu contoh paling ekstrem yang saya temui. Namun apa yang dialami beliau kerap kali terjadi pada investor saham lain. Bermodalkan info, ikut-ikutan, tanpa mengetahui apa yang dibeli. Setelah dibuai keuntungan, akhirnya malah mengalami kerugian yang sangat besar.

Karena pada dasarnya tidak mengetahui apa yang dilakukan. Lebih buruknya memperlakukan saham sebagai seperti meja judi. Harus lihai, harus cepat, harus cekatan, ikuti yang lagi seru lagi hot.. Karena sikapnya yang memperlakukan saham seperti judi, akhirnya dia sendiri mengalami seperti yang kebanyakan dialami para penjudi..

Tentunya tidak ada yang pasti di pasar saham, memiliki pemahaman tersebut tidak menjamin kita menjadi untung. Namun setidaknya kita menjadi mengetahui apa yang kita lakukan, tidak lagi paranoid tanpa dasar..